Sungguh Berdebar..
Berdebar Jantung ini..
Dikala takut,
Menghampiri jiwa ini
Sehingga takut
Menggoyahkan langkah kaki
Tapi..
Kuyakinkan diri ini
Melangkah dengan pasti
Menyambut cahaya keimanan
Yang kan menerangi jiwa ini
Bantulah aku Ya Rabb..
Dalam mengistikomahkan diriku
Untuk tetap bersujud kepada-Mu
Dan bantulah aku Ya Rabb..
Untuk menguatkan hatiku
Dari banyaknya pertentangan
Pertentangan yang menentang jalanku...
by : NA
Musik
Friday, August 7, 2015
Sunday, August 2, 2015
ANALISIS NOVEL NEGERI 5 MENARA
ANALISIS NOVEL
NEGERI 5 MENARA
Nama : Yusi Rakhmah Wati
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA JEPANG
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
A. SINOPSIS Novel “ Negeri 5 Menara”
Seumur hidupnya Alif tidak pernah menginjak tanah diluar ranah
Minangkabau. Masa kecilnya dilalui dengan berburu durian runtuh di rimba Bukit
Barisan. Alif adalah seseorang yang berasal dari keluarga yang sederhana, namun
masih memiliki darah ulama dari ibunya. Ia adalah putra minangkabau yang lulus
dari madrasah tsanawiyah dengan nilai yang lumayan membanggakan, ia menduduki
nilai terbaik sepuluh besar. Ia memiliki cita-cita yang tinggi, dan
menginginkan menjadi seseorang yang berintelektual tinggi seperti habibie. Ia
sangat mengidolakan tokoh tersebut, sehingga ia sangat menginginkan melanjutkan
studinya ke tingkat SMA. Ia ingin
mempelajari ilmu non agama, setelah tiga tahun ia berkecimpung di madrasah
tsanawiyahnya, untuk mempelajari ilmu agama dan ilmu non agama. Namun, kali ini
ia menginginkan sekolah yang benar-benar murni mempelajari keilmuan umum. Akan
tetapi Ibu menginginkan putranya
itu meneruskan darah keulamaannya. Ibunya menyuruhnya agar mondok saja, untuk
lebih mendalami ilmu agama, karena ia menginginkan putranya menjadi seorang
pemimpin agama seperti Buya Hamka.
Pada awalnya ia menolak keinginan ibunya itu,
sampai-sampai ia mengurung diri di kamarnya untuk beberapa hari, namun akhirnya datanglah surat dari pamannya. Didalam
surat itu pamannya menceritakan pondok madani dan kehidupan disana. Lalu
akhirnya ia berpikir percuma saja
malawan orang tua. Ia memutuskan untuk menyetujui kemauan Ibunya, ia memilih
pondok pesantren madani sebagai tempatnya menimba ilmu yang terletak di jawa.
ia memilih pondok yang jauh. dan sebenarnya ia pun tidak mempunyai akan jadi
apa nanti di pondok madani. Lalu orang tua ia berdiskusi unntuk memutuskan
keinginan anaknya tersebut. Dengan berat hati orang tua ia menyetujuinya.
Diantarkannya menuju jawa oleh ayahnya. Dengan perjalanan 3 hari akhirnya
sampai juga di Pondok madani. Dengan ditemani senior Pondok Madani ia dan ayah
serta orang tua yang lain mengikuti arah dari pemandu.
Pada awal proses perkenalan di sekolah, ia takjub
dengan mantra ampuh yang diyakini ampuh yakni “ manjadda wa jada” yang berarti
“siapa yang bersungguh-sungguh akan berhasil. Di rumah barunya ini, ia bertemu
dengan beberapa kawanan yang berasal dari berbagai penjuru Indonesia, mereka
adalah Raja dari Medan, Said dari Surabaya, Dulmajid dari Sumenep, Atang dari
bandung, dan Baso dari Gowa. Dari perkenalan pada awal sekolah di PM
berlangsung, membawa enam putra daerah tersebut menjadi sahabat yang karib.
Banyak pengalaman yang mereka lalui bersama-sama, mulai dari dihukum oleh kakak
angkatannya dengan jeweran berantai, hingga pengalaman menjadi penjaga malam, karena PM di satroni maling. Mereka biasa menunggu maghrib tiba,
dengan menghabiskan waktu di masjid. Tepat di menara masjid para kawanan
tersebut menengadah keatas, memperhatikan awan, dan membayangkan awan-awan itu
menjelma menjadi benua dan Negara
impian mereka masing-masing. Dari hal tersebut, mereka disebut sebagai :para
sohibul menara”. Prinsip mereka, jangan pernah meremehkan impian dan cita-cita
meskipun setinggi apaun, karena Tuhan maha mendengar. Keyakinan mereka atas
kekuasaan Tuhan akhirnya terbukti, mereka mencapai cita citanya untuk ke negeri
impian masing-masing. Atang di kairo, Baso yang akhirnya di mekah, Raja, Alif
dan Said di Washington DC, London.
B. KESATUAN
1. Tema
Tema
dalam karya sastra adalah pokok permasalahan, masalah utama atau inti
peermasalahan. Tema novel
Negeri 5 Menara Karya A. Fuadi adalah pendidikan. Hal ini dapat dilihat dari
latar tempat yaitu di pesantren dimana kegiatan utama yang dilakukan
sehari-hari tokoh utama adalah belajar.
“Bagai sebuah konspirasi besar untuk
mencuci otak, metode total immersion ini cocok dengan lingkungan yang sangat
mendukung. Tidak cukup dengan itu, entah siapa yang menyuruh, banyak diantra
kami yang membawa kamus. Kalau bukan kamus cetak, kami pasti membawa buku
mufradhat, buku tulis biasa yang dipotong kecil sehingga lebih tipis dan
gampang dibawah kemana-mana. Murid dengan buku mufradhat ditangan gampang
ditemukan sedang antri mandi, antri makan, berjalan, bahkan di antara kegiatan
olahraga sekalipun.( hal. 133 ).”
2. Penokohan
Penokohan adalah cara pengarang menggambarkan watak tokoh pada
sebuahcerita.
a. Alif Fikri
· patuh dan sayang pada emak dan taat agama.
“Aku tiba-tiba merasa menjadi seorang egois yang hitam dan sangat
berdosa pada emak.lebih-lebih lagi aku juga merasa bersalah kepada Allah karena
tidak menuruti perintah birrul walidin ini.”
(hal 129)
· Pintar “ kepala sekolahku memberiku selamat karena nilai ujiananku
termasuk sepuluh yang tertinggi di kabupaten agam. (hal 5)
b. Amak
· Ramah “Mukanya selalu mengibarkan senyum ke siapa saja” (hal.6)
· Rela Berkorban “Amak terpaksa menjadi guru sukarela yang hanya
dibayar dengan beras selama 7
tahun” (hal.6)
· Peduli “…Bagaimana nasib umat Islam nanti?” (hal.7)
c. Ayah
· Seorang pria separuh baya yang membela kebenaran : “Mungkin naluri
kebapakannya tersengat untuk membela anak dan sekaligus membela dirinya
sendiri” (hal. 20)
· Dapat dipercaya “Amanat dari jamaah surau kami untuk membeli
seekor sapi untuk kurban idul
adha minggu depan telah ditunaikan Ayah” (hal.91)
d. Dulmajid
· Semangat “Animo belajarnya memang maut” (hal.46)
· Jujur, tegas serta setia kawan “Aku menyadari dia orang paling
jujur, paling keras, tapi juga paling setia kawan yang aku kenal” (hal.46).
e. Raja
· Percaya diri “Raja Lubis yang duduk di meja paling depan maju”
(hal.44)
· Pantang menyerah “Jangan. Kita coba dulu. Aku saja yang maju
duluan,” ( hal.124)
f. Atang
· Menepati Janji “Sesuai Janji, Atang yang membayari ongkos”
(hal.221)
· Baik “Aku
bersyukur sekali mempunyai teman-teman yang baik dan tersebar dibeberapa kota seperti Atang dan Said.” (hal.226)
g. Said
· Berfikir dewasa “Perawakan yang seperti orang tua dan cara
berpikirnya yang dewasa membuat kami menerimanya sebagai yang terdepan”
(hal.156)
· Baik “Aku bersyukur
sekali mempunyai teman-teman yang baik dan tersebar dibeberapa kota seperti Atang dan Said.” (hal.226)
h. Baso
· Disiplin “Dia begitu disiplin menyediakan waktu untuk membaca buku
favoritnya” (hal.92)
· Rajin “Baso anak paling rajin diantara kami” (92)
i. Ustad Salman
· Seorang lelaki yang Kreatif “Itulah gaya unik Ustad Salman, selalu
mencari jalan kreatif untuk terus memantik api potensi dan semangat kami” (
hal.106)
j. Kiai Rais
· Baik “…yang menjadi panutan kita dan semua orang selama di PM ini” (hal.49)
· Berbakat “Kiai Rais adalah sosok yang bisa menjelma menjadi apa
saja” (hal. 165)
k. Tyson
· Tegas “…Terlambat adalah terlamabat. Ini pelanggaran” (hal.66)
l. Ustad Torik
· Tegas “Kalian sudah tahu aturan adalah aturan. Semua yang ikut ke
Surabaya saya tunggu di kantor. SEKARANG JUGA.” (hal.351)
3. ALUR
Alur merupakan rankaian pristiwa yang membentuk jalan crita.
Alur sangat penting dalam karya sastra, di sini di tuntut bagaimana
kemampuan pengarang memberikan alur yang membuat pembaca merasa ikut larut
dalam suasana cerita. Pada novel
ini terdapat alur campuran
* Alur maju
“Kantorku
berada di Indepedence Avenue, jalan yang selalu riuh dengan pejalan kaki, dan
lalu lintas mobil. Diapit dua tempat tujuan wisata terkenal di Ibukota Amerika
Serikat “The Capitol and The Mall”. Tempat berpusatnya aneka museum Smithsonian
yang tidak bakal habis dijalani sebulan.”.
(hal. 2).
* Alur mundur
Aku tegak diatas panggung aula
Madrasah Negeri setingkat SMP. Sambil menguncang-guncangkan telapak tanganku,
Pak Sikumbang, kepala sekolahku memberi selamat karena nilai ujianku termasuk
sepuluh yang tertinggi di kabupaten Agam.(hal.5)
Disebelahku
duduk anak laki-laki berkulit legam dan berkacamata tebal.Dia memakai sepatu
hitam dari kulit yang sudah retak-retak.Sol bagian belakangnya tidak rata lagi.
Sebentar-sebentar matanya melihat keluar jendela.Dia menebut namanya Dulmajid
dari Madura.(hal. 27)
* Alur maju
Atang
mendapat kabar kalau kini said meneruskan bisnis Batik keluarganya Jufri di
pasar ampel,Surabaya. Sesuai dengan cita-cita mereka dulu, Said dan Dulmajid
bekerja sama mendirikan sebuah pondok dengan semangat PM di Surabaya.(hal.403)
Atang bahkan mempunyaimkabar
tentang Baso, Si atang cemerlang yang mengundur diri dari PM karena ingin
merawat neneknya dan menghafal alquran untuk almarhum Orang tuanya.Allah
memperjalankan Baso yang brilian ini untuk kuliah di Mekkah. Dengan modal hafal
segenap isi Alquran, dia mendapat Beasiswa penuh dari pemerintah Arab Saudi.(hal. 403)
Sedangan
Atang sendiri telah delapan tahun menuntut ilmu di Kairo dan sekarang menjadi mahasiswa program Doktorat untuk
Ilmu hadist di Universitas Al-azhar.
(hal 403)
Sementara raja berkisah kalau
ia telah satu tahun tinggal di London, setelah menyelesaika kuliah Hukum Islam
dengan gelar License di Madinah.(hal 403)
4. LATAR
a) Latar tempat
· Indepedence Avenue, Amerika Serikat
“Kantorku berada di Independence Avanue, jalan yang selalu…..”
(hal. 2)
· Aula SMP
“Aku tegak di atas panggung Aula Madrasah Negeri setingkat SMP”
(hal. 5)
· Rumah
“Beberapa hari setelah Eforia kelulusan mulai kisut, amak mengajak
aku duduk di langkan rumah.”
( hal. 5 )
· Di rumah Atang, Bandung
“Keluarga Yunus berkecukupan dan sangat menghargai seni.Dinding
rumah dipenuhi lukisan, rak buku disesaki buku teater,melukis dan tari.”
( hal. 218 )
· Di Masjid
UNPAD
“seperti undangan yang diterima Atang,kami dating ke Masjid Unpad
sebelum ashar. Di luar dugaan sholat ashar berjemaah di masjid kampus ini
penuh.” ( hal. 219 )
· Apartemen Raja dekat Stadion Wembley, London
“Malam itu kami menginap di apartemen raja di dekat Stadion
Wambley, stadion kebanggan tim sepak bola nasional Inggris. Raja tinggal berdua
dengan Fatia,Istrinya yang lulusan pondok khusus putrid di Mantingan.”
( hal. 402 )
b) Latar Suasana
· Sepi
“Diam sejenak. Sebuah pesan baru muncul lagi” ( hal.3 ).
· Emosi
“Sebelum mereka menyahut, aku telah membanting pintu dan
menguncinya” ( hal.10 ).
· Takut
“Aku katupkan mataku rapat-rapat. Apa yang akan dilakukan Tyson
ini padaku”( hal.66).
· Gugup
“Kalimat yang sudah aku bayangkan tadi berantakan di bawah sorot
mata Ustad Torik yang bikin ngilu.” (hal.126)
· Bahagia
“Dengan penuh kemenangan kami keluar dari gerbang PM” ( hal.127)
· Sedih
“Di ujung kelopak matanya aku menangkap kilau air yang siap luruh.
Suaranya kini bergetar” ( hal.360)
c) Latar Waktu
· Musim Salju
“Dari balik kirai tipis di lantai empat ini,salju tampak turun
mengumpal-ngumpal seperti kapas yang dituang dari langit.”
(hal 1)
· Sore hari
“Matahari telah tergelincir di ufuk dan gerimis merebak ketika
kami beriring-iringan menggotong lemari masing-masing melintasi lapangan besar
menuju asrama kami.”
(hal 62)
· Dini hari
“Dalam perjalananku dari Padang ke Jawa Timur, aku sempat sekilas
melewati Jakarta jam tiga dini hari.” (hal.47).
· Pagi hari
“Sejak dari pagi buta suasana PM sudah heboh.” (hal.214)
· Malam hari
“Malam ini adalah salah satu dari malam-malam inspiratif yang
digubah oleh Ustad Salman.” (hal.108).
5. SUDUT PANDANG
Sudut pandang yang digunakan pengarang dalam novel Negeri 5
Menara, yaitu sudut pandang orang
pertama tunggal dengan
“Aku” sebagai tokoh utama.
Hal ini dibuktikan oleh pengarang yang selalu menyebut tokoh utama
dengan kata “Aku” saat di narasi, di mana seakan-akan pengarang adalah si tokoh
utama
“Iseng aja, aku mendekat ke jendela kaca dan menyentuh
permukaannya dengan ujung telunjuk kananku” (hal.1).
6. GAYA BAHASA
Gaya bahasa dalam karya satra adalah cara pengarang
menggunakan bahasa dalam karyanya. Pilihan kata adalah kata- kata yang sengaja
di pilih oleh pengarang untuk karyanya. Dalam
novel Negeri 5 menara menggunakan beberapa gaya bahasa yaitu :
a) Simile (perumpamaan)
Simile adalah pengungkapan dengan
perbandingan eksplisit yang dinyatakan dengan kata depan dan penghubung.
· “gerimis berganti menjadi hujan bagai
dicurahkan dari ember raksasa” ( hal. 276)
b) Majas hiperbola
Majas hiperbola adalah pengungkapan melebih-lebihkan kenyataan
sehingga kenyataan tersebut menjadi tidak masuk akal.
· “Muka dan kupingku bersemu merah tapi jantungku melonjak-lonjak
girang.” (hal.5)
c) Majas Metafora
Majas metafora adalah gaya bahasa yang membandingkan suatu benda
dengan benda yang lain karena mempunyai sifat yang sama atau hampir sama.
· “ salju tampak turun menggumpal-gumpal seperti kapas yang dituang
dari langit” (hal.1).
d) Litotes
Litotes adalah ungkapan berupa penurunan kualitas suatu fakta
dengan tujuan merendahkan diri.
· “Majnun cinta,ini seperti pungguk merindukan bulan,”sambutku(hal
179)
7. AMANAT
Dalam mengejar semua cita-cita beserta impian, tidak semuanya
berjalan sesuai dengan apa yang telah kita rencanakan tapi semuanya berjalan
seiring bagaimana kita menyelesaikan rintangan yang datang menghadang dan untuk
mendapatkan menggapainya juga, kita harus mengorbankan sesuatu. Jangan pernah menyerah dalam mencapai
impian, jangan pernah meremehkan impian, walau setinggi apapun, dengan memegang
teguh Man jadda wajada,
impian kita bisa di wujudkan.
C. KESELARASAN
Novel yang bertemakan pendidikan ini sangatlah menggugah hati
pembacanya dan dapat dibaca oleh semua kalangan. Gaya bahasa yang digunakan
sangat menarik. Ringan deskriptif dan mengalir serta mampu menambah kosakata
dan wawasan berbagai macam daerah. Lalu terdapat ungkapan-ungkapan seperti “Man
Jadda Wajada” yang merupakan kalimat sakti dimana dapat menyemangati dalam
meraih masa depan yang gemilang. Pembaca pun tidak akan bosan membaca novel
ini. sebab novel ini menggunakan alur campuran yang membawa hayalan para
pembacanya menuju tempat-tempat yang didatangi Alif Fikri sang tokoh. Novel ini juga
mengajak pembacanya agar terinspirasi dengan perjuangan alif fikri yang belajar
ilmu agama, bahasa inggris, bahasa arab, kesenian dan lainnya. Amanah yang
terdapat di novel ini juga sesuai dengan tema pendidikan di atas. Lalu Latar
waktu,suasana, dan tempatnya pun membuat cerita ini semakin selaras karena
benar-benar sesuai dengan cita-cita yang di gapai oleh Afif Fikri.
D. KESIMBANGAN
Di dalam novel Negeri 5 Menara ini terdapat tokoh utama Alif Fikri
yang protagonis. penuh
semangat, memiliki semangat yang berkorbar-korbar, memliki keyakinan yang kuat
akan usahanya dan tidak mudah putus asa. Lalu disusul oleh beberapa tokoh
protagonis yang lain sahibul menara yang merupakan sahabat Alif Fikri semasa
tinggal di pondok. Yaitu, Raja, Said,
Dulmajid, Baso, dan Atang. Disusul lagi Amak adalah ibu dari tokoh Alif
Fikri, seorang guru MI yang berhati lurus, idealis dan memiliki kemauan tinggi
untuk memajukan putranya. Idealismenya tidak pandang bulu dan bisa mengenai
siapa saja termasuk putra sendiri. Pernah suatu kali ia melukiskan angka merah
di raport Alif lantaran putranya itu tidak mau memainkan alat musik ketika
praktik kesenian. Amak juga sempat dijauhi para guru saat ia dengan tegas
menolak memberikan bantuan jawaban pada siswa-siswi yang tengah menjalani Ujian
Nasional. Ayah Alif Sebagai orang
sabar, pendiam dan amanat, Ustadz Salman tokoh wali kelas Alif semasa di PM,
seorang lelaki muda bertubuh
kurus dan bersuara lantang. Dari mulut beliaulah Alif mendengar petuah yang
menginspirasi serta menguatkan tekad menuntaskan belajar di PM. Kyai Rais Pemimpin PM yang
dihormati banyak kalangan, tak terkecuali Alif. Beliau memberi kalimat yang
terpatri kuat di hati para santrinya, yakni “Man Jadda Wa Jadda dan Man Shabara
Zafira”. Rata-rata pada novel ini
dipenuhi degan tokoh protagonis namun disamping itu ada pula tokoh antagonis
bernama Tyson adalah senior alif yang menjabat sebagai kepala keamanan pusat
pondok madani yang suka memberi hukuman di tempat. Semua kegiatan disana
terdapat banyak peraturan namun semua itu membuat Alif menjadi orang yang lebih
baik lagi. Jadi terdapat keseimbangan tokoh di dalam cerita Negeri 5 menara ini.
E. PERLAWANAN
Perlawan tokoh Alif bermula ketika Amaknya menyuruh Alif untuk masuk ke
pesantren dan tidak membolehkan dia untuk masuk ke SMA dan alif pun menolak
permintaan Amaknya. Tapi hari demi hari akhirnya Alif bersedia juga untuk
mengikuti perintah amaknya dengan keputusan setengah hati untuk melanjutkan ke
pesantren yang berada di luar pulau Sumatra
“jadi amak minta dengan sangat waang tidak masuk SMA. Bukan karena
uang tapi karena bibit unggul yang masuk Madrasah Aliyah” (hal. 8)
Lalu alif menjalani kehidupan di PM yang sangat sulit dan dibebani
dengan beberapa peraturan. Namun ia dengaan bersikeras memutuskan benar-benar
menuntut ilmu di PM. Sampai alif
sudah memasuki kelas 6 di Pondok Madani yang merupakan kelas tertinggi di
daerah kawasan PM. Kelas yang memiliki rasa hormat yang tinggi di antara
kelas-kelas lain. Lali tibalah
masa Alif dan para Shahibul
menara mengikuti ujian akhir di Pondok Madani. Ujian pada tahun akhir merupakan
ujian yang sangat berat dilakukan oleh para santri-santri PM yang harus
berjuang demi kelulusan dan sedih ketika setelah ujian harus berpisah dengan
para shahibul menara.“inilah ujian yang paling berat yang ditemui oleh
anak-anak PM” (hal. 378)
setelah ujian akhir
selesai dilaksanakan di PM. Dan para Shahibul menara berpisah tidak lama
kemudian para shahibul menara bertemu kembali. dengan bertemunya Alif dengan Atang
dan Raja di London.
F. ANALISIS GAYA BAHASA _Novel NEGERI 5 MENARA
a. Simile (perumpamaan)
Simile adalah pengungkapan dengan
perbandingan eksplisit yang dinyatakan dengan kata depan dan penghubung.
· “gerimis berganti menjadi hujan bagai
dicurahkan dari ember raksasa” ( hal. 276)
Berdasarkan simile di atas terdapat
kata perbandingan bagai . sebenarkan penulis hanya ingin
mengatakan kalau gerimis berganti menjadi hujan. Tetapi ditambahkan
perbandingan yang memberi kesan hujan nya itu seperti dicurahkan dari ember
raksasa. Jadi memiliki kesan yang tadinya gerimis tiba-tiba hujan. Majas perumpamaan
ini mengajak pembacanya mengikuti daya hayal si penulis.
b. Majas hiperbola
Majas hiperbola adalah pengungkapan melebih-lebihkan kenyataan
sehingga kenyataan tersebut menjadi tidak masuk akal.
· “Muka dan kupingku bersemu merah tapi jantungku melonjak-lonjak
girang.” (hal.5)
Dari keterangan di atas bahwa majas hiperbola adalah majas yang
pengungkapan katanya berlebihan dan terkesan tidak masuk akal. “ jantungku
melonjak-lonjak girang” yang kita ketahui jantung terdapat di dalam tubuh lalu
melonjak-lonjak itu meloncat-loncat dan terdapat pula kata “girang” yang
berarti sangat senang. Secara logika tidak mungkin organ tubuh kita
melonjat-lonjat girang . faktanya kata melonjak-lonjak girang itu
melebih-lebihkan kenyataan yang ada. Padahal penulis hanya ingin menggambarkan
jantungnya yang berdegup kencang .
c. Majas Metafora
Majas metafora adalah gaya bahasa yang membandingkan suatu benda
dengan benda yang lain karena mempunyai sifat yang sama atau hampir sama.
· “ salju tampak turun menggumpal-gumpal seperti kapas yang dituang
dari langit” (hal.1).
Seperti yang kita ketahui majas metafora membandingkan benda yang
hampir sama karena sifatnya. Dari warna salju yang putih mirip dengan kapas.
Lalu turun dan menggumpal-gumpal mirip dengan kapas yang dituang dari langit.
Penulis ingin kapas tersebut tidak di beri kata banyak untuk menyerupai kata
menggumpal. Karena kata banyak sudah tersirat dengan kata dituang. secara logika jika ada kata
dituang pasti banyak.
d. Litotes
Litotes adalah ungkapan berupa penurunan kualitas suatu fakta
dengan tujuan merendahkan diri.
· “Majnun cinta, ini seperti pungguk merindukan
bulan,”sambutku(hal 179)
Majnun = gila
Penulis menuliskan kata yang seakan-akan kegilaan cintanya seperti
pungguk merindukan bulan. “pungguk merindukan bulan “ sendiri adalah pribasa
yang bermakna orang yang rendah (kedudukannya) tidak mungkin mendapatkan
sesuatu yang indah dan jauh seperti bulan. Dari peribahasa tersebut
terdapat kata yang pesimis dan seakan tidak mungkin di dapatkan sehingga ia
merendahkan dirinya. Fungsinya adalah menggambarkan bahwa “rasa cinta (fakta)
yang dimilikinya itu tidak mungkin ia dapatkan nantinya”.
Puisi
Hai langit
karya : Yusi Rakhmah Wati
Hai langit..
dapatkah kau melihat dia?
yang mengurung amarahnya, dibalik diamnya..
yang menahan tangis, dibalik senyumnya..
yang selalu mencurahkan perasaanya pada buku merahnya..
dapatkah kau lihat itu langit? dapatkah kau menghiburnya dengan warnamu?
kumohon ajaklah dia merasakan indahnya warnamu..
agar kembali harapanya
agar kembali senyum tulusnya..
tatkala semuanya selesai
aku pun selesaikan puisi ini. dan menutup buku merahku..
dan dia juga akan menyapamu lagi dengan " Hai langit"..
Subscribe to:
Posts (Atom)